Oct 22, 2021

Mengenal Kopi Papua



Kalau bicara tentang Kopi dari Papua, maka banyak yang perlu dikemukakan. Salah satu jenis kopi Indonesia yang terkenal dari Papua adalah kopi Arabika Baliem  atau Kopi Wamena. Kopi Baliem ini memiliki karakteristik rasa pahit sedang dan body yang tidak terlalu berat dan after taste yang manis, dan juga kadar asam yang cukup rendah jika dibanding kopi arabika jenis lainnya.  Tapi sesungguhnya di Papua  terdapat beberapa daerah  kopi dan sudah dikembangkan sejak jaman Belanda. Kopi Wamena misalnya, merupakan kumpulan dari kopi-kopi jenis arabika yang tersebar di daerah lembah Baliem makanya di kenal dengan nama Arabika Baliem. Ada juga Kopi Timika. Menyebut nama Timika, ingatan kita biasanya pasti yang terbayang adalah Freeport dengan produksi tembaga dan emasnya. Padahal di bagian pedalaman Timika tumbuh kopi kelas dunia? Jenis kopi yang dibudidayakan disana adalah kopi Arabica. Tersebar di wilayah suku Amungme yakni di daerah Hoea, Tsinga, Utekini, dan Aroanop.

Mengenal Kopi Papua  Dari Perhelatan PON 2021


Kopi Papua sungguh beragam dan rasanya juga “bukan main”.  Hanya selama perhelatan PON yang menonjol adalah Moses Yigibalom, pemuda asal Kabupaten Lanny Jaya, pengelola Kopi Lani Mendek dan terlibat aktip di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Provinsi Papua. Jelas pemudah ini pasti merasa bangga karena bisa hadir dengan kopi racikannya di stand VIP Stadion Lukas Enembe. Menurutnya “Saya bisa terlibat karena dukungan dari Badan Usaha Milik Kampung (BUMKAM) desa. Saya merasa bangga bisa terlibat di PON XX. Semua atlet dari daerah mereka bertanding bawa nama daerah. Saya rasa bangga bisa bawa nama Kabupaten Lanny Jaya dari kopi ini. Saya dapat juga di stand utama VIP,” kata Moses kepada jubi, Jumat (15/10/2021). Dengan begitu, dia sekaligus mempromosikan nama kampung halamannya, Lanny Jaya.

Melihat hal ini saya lalu terkesan dengan Pergelaran Festival Kopi Papua dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah[1] (UMKM) Kota Jayapura 3-9 Oktober 2021 di Taman Mesran, Jalan Koti, yang disambut antusias oleh ribuan warga. Tak terkecuali, para pejabat nasional maupun peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua dari pelbagai daerah juga turut mampir ke perhelatan tersebut.

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Papua selaku penyelenggara festival mencatat sedikitnya 29 ribu orang mengunjungi Festival Kopi Papua dan UMKM Kota Jayapura. Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga, menyebutkan Festival Kopi Papua 2021 diikuti 100-an pelaku usaha kopi dan kuliner, serta 30 sanggar budaya dan kerajinan tangan Papua. "Animo masyarakat yang datang pada Festival Kopi Papua tahun ini meningkat hingga 42 persen, dibandingkan 2019," kata Naek, ketika acara penutupan Festival Kopi Papua, Sabtu (9/10/2021) malam.

Padatnya pengunjung Festival Kopi Papua dan UMKM Kota Jayapura 2021 membuat perputaran transaksi meningkat 60 persen jika dibanding dengan event 2019. Para pelaku usaha kopi, kuliner, kerajinan, aksesoris yang membuka gerai selama seminggu mampu mendulang omzet sebesar Rp630 juta dari 29 ribu transaksi. Sekitar 10 persen transaksi memakai aplikasi QRIS.

Festival ini tidak hanya memajang dan menjual aneka kopi Papua seperti jenis Arabika Wamena, Tolikara atau Tiom, namun juga produk kopi dari Jawa Barat maupun daerah lainnya. Kerajinan tangan Noken, tas wol, kalung kerang, gelang akar kulit, topi bulu khas Papua juga cukup banyak dibeli pengunjung.

Para pesohor banyak yang mampir ke festival ini. Mulai dari Menteri Sosial Tri Rismaharini yang membuka festival ini, Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani, penyanyi Edo Kondologit, para atlet PON Papua, pengurus KONI Pusat dan para wartawan peliput PON Papua.

Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman yang didampingi Sekjen KONI Pusat TB Ade Lukman saat ditemui InfoPublik mengaku saat senang dengan adanya festival kopi Papua ini. Selain turut meramaikan perhelatan PON Papua sekaligus mengangkat ekonomi lokal. Para pengurus KONI pun memborong kopi Arabica Wamena di gerai Coffee Shop Harvest Papua Coffee.

Kalau bicara tentang Kopi dari Papua, maka banyak yang perlu dikemukakan. Salah satu jenis kopi Indonesia yang terkenal dari Papua adalah kopi Arabika Baliem  atau Kopi Wamena. Kopi Baliem ini memiliki karakteristik rasa pahit sedang dan body yang tidak terlalu berat dan after taste yang manis, dan juga kadar asam yang cukup rendah jika dibanding kopi arabika jenis lainnya.  Tapi sesungguhnya di Papua  terdapat beberapa daerah  kopi dan sudah dikembangkan sejak jaman Belanda. Kopi Wamena misalnya, merupakan kumpulan dari kopi-kopi jenis arabika yang tersebar di daerah lembah Baliem makanya di kenal dengan nama Arabika Baliem. Ada juga Kopi Timika. Menyebut nama Timika, ingatan kita biasanya pasti yang terbayang adalah Freeport dengan produksi tembaga dan emasnya. Padahal di bagian pedalaman Timika tumbuh kopi kelas dunia? Jenis kopi yang dibudidayakan disana adalah kopi Arabica. Tersebar di wilayah suku Amungme yakni di daerah Hoea, Tsinga, Utekini, dan Aroanop.

Selanjutnya masih ada Kopi Nabire. Kopi Nabire lebih banyak tersebar di daerah Paniay dan Deiyai. jenisnya , juga arabika. Kopi Nabire juga belum seterkenal kopi Wamena. Sudah itu masih ada lagi kopi Arfak dan Kebar di Manokwari dan Kopi Kaimana. Kopi berikutnya adalah Kopi Dogiyai arabika jenis Tpyica ini, biasanya ditanam di sekeliling lembah Kamuu yang berada di pegunungan Mapia, di Kabupaten Dogiyai, Papua. Selain dikenal sebagai biji kopi dogiyai, orang Papua lebih sering menyebutnya sebagai 'Kopi Moanemani'. Kopi dogiyai sendiri termasuk ke dalam kopi jenis speciality grade, dengan kualitas nomor satu. Kopi ini punya aroma kacang panggang yang gurih, lalu ada jejak rasa karamel yang menggigit dan rempah lainnya. Di akhir tegukan, Anda akan merasakan semburat rasa cokelat di kopi ini.


Kopi Mandheling Kopi Lungun Naso Ra Sasa

Meski punya banyak Kopi pilihan. Namun salah satu komoditas yang paling banyak dicari selama Pekan Olahraga Nasional atau PON XX Papua 2021 adalah kopi Kiwirok[2]. "Papua memang daerah penghasil kopi arabika terbaik," kata Hari Suroto.  Masyarakat umumnya menenam kopi arabika di pegunungan tengah Papua pada ketinggian 1.500 hingga 2.000 meter dari permukaan laut atau mdpl.

Kopi Kiwirok adalah kopi arabika yang berasal dari Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Hari Suroto menjelaskan, wilayah Kiwirok berbukit-bukit dengan kemiringan lereng 45 hingga 49 derajat. Pada ketinggian ini, suhu udara sangat dingin sekitar 18 hingga 23 derajat Celcius, berkabut, dan intensitas cahaya matahari kurang.

Kondisi alam ini yang membuat kopi Kiwirok menjadi spesial. Kopi Kiwirok masuk dalam cup of excellent karena memiliki cita rasa yang unik dan jarang ditemukan pada kopi arabika lainnya. Kopi Kiwirok memiliki cita rasa citrus, berry, fruity, sweet potatoes, sugar cane, dan peach.

Hari Suroto mengatakan, beragamnya cita rasa kopi Kiwirok bisa jadi karerna ditanam secara tumpang sari dengan ubi jalar. "Itu sebab rasa ubinya yang manis menjadi agak dominan," katanya. Masyarakat Kiwirok menanam kopi secara organik. Proses panen dan pengolahan kopi tidak menggunakan mesin. "Semua prosesnya manual dengan tangan."



Kopi-kopi Papua yang disukai di dalam negeri hingga mancanegara[3].

Kopi Amungme.  Kopi Amungme diproduksi di Kabupaten Timika, Papua. Sesuai namanya, kopi ini dibudidayakan oleh suku Amungme di dekat tambang Tembagapura. Awalnya bibit kopi arabika typica dibawa dari Dogiyai dan selanjutnya dibudidayakan oleh petani suku Amungme.

Kopi Amungme ditanam di ketinggian 2.500 mdpl di sejumlah kampung yaitu Kampung Oroanop, Tsinga, Hoya, dan Banti. Saat ini sudah lebih 19 ribu hektare lahan di dekat tambang Tembagapura ditanami kopi Amungme dengan sistem tumpang sari. Jumlah pohon kopi yang telah ditanam mencapai 13.603 pohon dengan produksi rata-rata 606 kg atau 0,6 ton biji kopi (parchment) per tahun.

Pohon kopi Amungme dipupuk secara alami dengan tanaman bernitrogen serta material kompos dan multus hutan. Petani suku Amungme melakukan semua proses pengolahan kopi secara manual mulai dari panen hingga pengeringan. Setelah itu, proses pengorengan dan penggilingan akan dilakukan secara modern di Timika.

Jenis tanah berlogam mulia emas, iklim dan ketinggian wilayah Tembagapura menjadikan kopi Amungme beraroma khas. Kopi Amungme strukturnya full-body, sedikit asam rasanya, beraroma manis yang sangat khas dan kuat serta memiliki after taste (rasa yang tertinggal) berupa rasa moka.

Kopi Pegunungan Bintang   Pegunungan Bintang, Papua, memiliki kopi arabika spesial. Di Pegunungan Bintang, kopi ditanam pada ketinggian 1800 hingga 2000 mdpl. Pada ketinggian ini, udara sangat dingin dengan suhu 18 - 23 celcius. Suhu udara yang dingin, berkabut dan intensitas cahaya matahari yang kurang membuat buah kopi matang lebih lama di pohon. Inilah yang menjadikan kopi arabika Pegunungan Bintang berbeda dan berkualitas sempurna. Proses pematangan buah yang lama menjadikan zat gizi menumpuk dan rasa kopi cenderung lebih asam.

Kopi arabika mulai ditanam tahun 1970-an. Kopi arabika Pegunungan Bintang ditanam di Lopkop, Sabin, Distrik Okbab. Andaka, Distrik Okbibab serta Nangultil, Distrik Kiwirok. Selain ditanam secara organik, biji kopi dipanen secara manual, hasil panen juga diproses secara manual dengan tangan manusia bukan mesin. Panasnya mesin pengolah kopi diduga dapat menurunkan kualitas kopi. Kopi Pegunungan Bintang memiliki rasa khas yaitu citrus, berry, jeruk, fruity, sweet chocolate, sugar cane dan peach.

Selain dipasarkan di Sentani dan Kota Jayapura, kopi Pegunungan Bintang juga diminati oleh konsumen Australia, Selandia Baru, Belanda dan Amerika.

Kopi Moanemani.   Kabupaten Dogiyai, Papua dikenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia. Kopi dari Dogiyai lebih dikenal dengan nama kopi Moanemani. Moanemani merupakan jenis kopi arabika yang ditanam secara organik oleh petani tradisional suku Mee, di Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua. Kopi ini sangat terkenal bagi penikmat kopi di Eropa dan Amerika. Kopi Moanemani ditanam oleh petani Suku Mee di kebun dekat hutan, lereng bukit maupun pekarangan rumah mereka.

Kopi ini pada awalnya diperkenalkan oleh misionaris pada tahun 1960-an. Dogiyai terletak di ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut, maka kopi jenis arabika yang dipilih. Dalam sejarahnya, kopi arabika yang ditanam di Dogiyai, bibitnya didatangkan dari Papua Nugini. Sedangkan kopi Papua Nugini sendiri, bibitnya didatangkan langsung dari Kingston, Jamaika. Sehingga kualitasnya tidak jauh beda dengan kopi Jamaica Blue Mountains, jenis kopi arabika premium terbaik di dunia. 



[1] https://infopublik.id/kategori/pon-papua/571582/festival-kopi-papua-dan-umkm-kota-jayapura-raup-omzet-hingga-rp630-juta

[2] https://travel.tempo.co/read/1516318/kopi-kiwirok-paling-dicari-selama-pon-xx-papua-2021-masuk-cup-of-excellent/full&view=ok

[3] https://travel.tempo.co/read/1364961/3-kopi-papua-paling-diburu-di-mancanegara/full&view=ok

No comments:

Post a Comment