Oleh Harmen Batubara
Refleksi atas Pidato Jokowi di Bloomberg New Economy Forum 2025
Di panggung Bloomberg New Economy Forum 2025, di hadapan para
pemimpin dunia, inovator global, dan arsitek ekonomi digital, Joko Widodo
kembali menunjukkan satu pesan kunci: Indonesia dan Asia Tenggara hanya akan
menang di era ekonomi baru jika mampu mengintegrasikan kecerdasan—human
intelligence, machine intelligence, dan institutional intelligence—ke dalam
setiap sendi pembangunan.
Pidato Jokowi bukan sekadar sambutan seremonial. Ia adalah peta jalan,
peringatan, sekaligus optimisme rasional bahwa dunia tengah
bergerak ke fase paling menentukan: intelligence economy.
Transformasi Bukan Sekadar
Teknologi, Tapi Keberanian
Jokowi mengingatkan bahwa perjalanan Indonesia membangun ekonomi besar
dalam satu dekade terakhir bukanlah keajaiban instan. Ia hasil dari:
- keberanian
membuat keputusan sulit,
- kegigihan
memperbaiki infrastruktur dasar,
- serta
keyakinan bahwa bangsa besar harus bergerak cepat atau tertinggal.
Namun Jokowi juga menekankan: tugas itu belum selesai.
Infrastruktur fisik sudah dibangun, sekarang saatnya membangun infrastruktur
kecerdasan.
Era Baru: Ekonomi yang Diggerakkan oleh Kecerdasan
Dalam pidatonya, Jokowi menegaskan bahwa:
“Bangsa, perusahaan, dan masyarakat yang mampu mengintegrasikan
kecerdasan ke dalam pemerintahan, industri, dan sistem sosial akan tumbuh lebih
cepat.”
Ini bukan retorika. Ini adalah kenyataan baru yang sudah mulai terlihat:
- Pemerintahan
cerdas yang memanfaatkan big data untuk mengambil
keputusan publik yang presisi.
- Industri
cerdas yang memadukan robotika, otomatisasi, dan AI
untuk efisiensi dan produktivitas.
- Sistem
sosial cerdas yang memungkinkan pendidikan adaptif, layanan
kesehatan prediktif, dan jaringan sosial yang lebih inklusif.
Indonesia bergerak ke arah itu—pelan namun pasti.
Di forum tersebut, Jokowi menyampaikan prediksi berani:
“Dalam 5, 10, hingga 15 tahun ke depan, akan ada revolusi robot humanoid
besar-besaran, dan revolusi AI yang menyeluruh.”
Prediksi ini sejalan dengan tren global:
- Biaya
produksi robot terus turun.
- Kemampuan
robot humanoid meningkat eksponensial.
- AI
multimodal mulai meniru kemampuan manusia dalam berpikir, merespons, dan
berkreasi.
Bagi Indonesia, ini bukan ancaman—ini peluang.
1. Pemerintahan yang Lebih
Efisien & Transparan
AI dapat mendeteksi kebocoran anggaran, memetakan kemiskinan secara
real-time, hingga mengelola layanan publik berbasis data.
Ini membantu negara tumbuh lebih cepat dan akurat dalam membuat kebijakan.
2. Industri yang Lebih
Kompetitif
Dari manufaktur, logistik, pertanian, hingga energi—AI memotong biaya,
meningkatkan produktivitas, dan membuka peluang inovasi baru.
Robotika memungkinkan Indonesia menghindari middle-income trap.
3. Sistem Sosial Lebih Kuat
& Adaptif
AI membantu menciptakan pendidikan yang personal, kesehatan prediktif,
dan perlindungan sosial berbasis data.
Dampaknya: kualitas SDM meningkat.
ASEAN sebagai Pusat
Pertumbuhan Baru
Jokowi menegaskan bahwa Asia Tenggara siap menjadi salah satu kawasan
dengan pertumbuhan tercepat dunia.
Kombinasi:
- bonus
demografi,
- pasar
digital raksasa,
- stabilitas
geopolitik relatif,
- dan
kolaborasi regional,
menjadikan ASEAN kandidat kuat pusat intelligence economy di
Asia.
Kuncinya Kolaborasi, Bukan
Kompetisi
Tema Bloomberg Forum 2025, “Thriving in an Age of Extremes”,
sejalan dengan seruan Jokowi:
di tengah ketidakpastian global—perang, perlombaan AI, proteksionisme—kolaborasi
adalah satu-satunya jalan agar teknologi menjadi berkah, bukan ancaman.
AI tidak bisa dibangun sendirian.
Robotika tidak bisa dikembangkan tanpa ekosistem global.
Ekonomi cerdas menuntut jaringan, bukan isolasi.
Masa Depan Itu Bernama “Intelligence Economy”
Pidato Jokowi di Bloomberg New Economy Forum 2025 bukan hanya tentang
Indonesia.
Ia tentang babak baru peradaban manusia.
Sebuah era di mana:
- mesin
berpikir,
- robot
bekerja,
- manusia
berkreasi,
- dan
pemerintahan mengambil keputusan berdasarkan kecerdasan yang terintegrasi.
Indonesia telah memulai langkahnya.
ASEAN siap menyambut masa depan.
Dan seperti kata Jokowi:
“Transformasi membutuhkan keberanian, kegigihan, dan keyakinan. Kita
akan terus tumbuh di era baru ini—jika kita berani mengintegrasikan kecerdasan
ke dalam setiap langkah pembangunan.”
Sebuah pesan yang layak dipikirkan—dan diwujudkan.



No comments:
Post a Comment