Melihat hal ini saya
lalu terkesan dengan Pergelaran Festival Kopi Papua dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah[1]
(UMKM) Kota Jayapura 3-9 Oktober 2021 di Taman Mesran, Jalan Koti, yang disambut
antusias oleh ribuan warga. Tak terkecuali, para pejabat nasional maupun
peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua dari pelbagai daerah juga turut
mampir ke perhelatan tersebut.
Bank Indonesia (BI)
Perwakilan Papua selaku penyelenggara festival mencatat sedikitnya 29 ribu
orang mengunjungi Festival Kopi Papua dan UMKM Kota Jayapura. Kepala Kantor
Perwakilan BI Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga, menyebutkan Festival Kopi
Papua 2021 diikuti 100-an pelaku usaha kopi dan kuliner, serta 30 sanggar
budaya dan kerajinan tangan Papua. "Animo masyarakat yang datang pada
Festival Kopi Papua tahun ini meningkat hingga 42 persen, dibandingkan
2019," kata Naek, ketika acara penutupan Festival Kopi Papua, Sabtu
(9/10/2021) malam.
Festival ini tidak
hanya memajang dan menjual aneka kopi Papua seperti jenis Arabika Wamena,
Tolikara atau Tiom, namun juga produk kopi dari Jawa Barat maupun daerah
lainnya. Kerajinan tangan Noken, tas wol, kalung kerang, gelang akar kulit,
topi bulu khas Papua juga cukup banyak dibeli pengunjung.
Para pesohor banyak
yang mampir ke festival ini. Mulai dari Menteri Sosial Tri Rismaharini yang
membuka festival ini, Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani,
penyanyi Edo Kondologit, para atlet PON Papua, pengurus KONI Pusat dan para
wartawan peliput PON Papua.
Ketua Umum KONI Pusat
Marciano Norman yang didampingi Sekjen KONI Pusat TB Ade Lukman saat ditemui
InfoPublik mengaku saat senang dengan adanya festival kopi Papua ini. Selain
turut meramaikan perhelatan PON Papua sekaligus mengangkat ekonomi lokal. Para
pengurus KONI pun memborong kopi Arabica Wamena di gerai Coffee Shop Harvest
Papua Coffee.
Kalau bicara tentang Kopi dari Papua, maka banyak yang perlu dikemukakan. Salah satu jenis kopi Indonesia yang terkenal dari Papua adalah kopi Arabika Baliem atau Kopi Wamena. Kopi Baliem ini memiliki karakteristik rasa pahit sedang dan body yang tidak terlalu berat dan after taste yang manis, dan juga kadar asam yang cukup rendah jika dibanding kopi arabika jenis lainnya. Tapi sesungguhnya di Papua terdapat beberapa daerah kopi dan sudah dikembangkan sejak jaman Belanda. Kopi Wamena misalnya, merupakan kumpulan dari kopi-kopi jenis arabika yang tersebar di daerah lembah Baliem makanya di kenal dengan nama Arabika Baliem. Ada juga Kopi Timika. Menyebut nama Timika, ingatan kita biasanya pasti yang terbayang adalah Freeport dengan produksi tembaga dan emasnya. Padahal di bagian pedalaman Timika tumbuh kopi kelas dunia? Jenis kopi yang dibudidayakan disana adalah kopi Arabica. Tersebar di wilayah suku Amungme yakni di daerah Hoea, Tsinga, Utekini, dan Aroanop.
Selanjutnya masih ada Kopi
Nabire. Kopi Nabire lebih banyak tersebar di daerah Paniay dan Deiyai. jenisnya
, juga arabika. Kopi Nabire juga belum seterkenal kopi Wamena. Sudah itu masih
ada lagi kopi Arfak dan Kebar di Manokwari dan Kopi Kaimana. Kopi berikutnya
adalah Kopi Dogiyai arabika jenis Tpyica ini, biasanya ditanam di sekeliling
lembah Kamuu yang berada di pegunungan Mapia, di Kabupaten Dogiyai, Papua.
Selain dikenal sebagai biji kopi dogiyai, orang Papua lebih sering menyebutnya
sebagai 'Kopi Moanemani'. Kopi dogiyai sendiri termasuk ke dalam kopi jenis
speciality grade, dengan kualitas nomor satu. Kopi ini punya aroma kacang
panggang yang gurih, lalu ada jejak rasa karamel yang menggigit dan rempah
lainnya. Di akhir tegukan, Anda akan merasakan semburat rasa cokelat di kopi
ini.
Kopi Mandheling Kopi Lungun Naso Ra Sasa
Meski punya banyak
Kopi pilihan. Namun salah satu komoditas yang paling banyak dicari selama Pekan
Olahraga Nasional atau PON XX Papua 2021 adalah kopi Kiwirok[2].
"Papua memang daerah penghasil kopi arabika terbaik," kata Hari
Suroto. Masyarakat umumnya menenam kopi
arabika di pegunungan tengah Papua pada ketinggian 1.500 hingga 2.000 meter
dari permukaan laut atau mdpl.
Kopi Kiwirok adalah
kopi arabika yang berasal dari Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Papua. Hari Suroto menjelaskan, wilayah Kiwirok berbukit-bukit dengan
kemiringan lereng 45 hingga 49 derajat. Pada ketinggian ini, suhu udara sangat
dingin sekitar 18 hingga 23 derajat Celcius, berkabut, dan intensitas cahaya
matahari kurang.
Kondisi alam ini yang
membuat kopi Kiwirok menjadi spesial. Kopi Kiwirok masuk dalam cup of excellent karena memiliki cita
rasa yang unik dan jarang ditemukan pada kopi arabika lainnya. Kopi Kiwirok
memiliki cita rasa citrus, berry, fruity, sweet potatoes, sugar cane, dan
peach.
Hari Suroto
mengatakan, beragamnya cita rasa kopi Kiwirok bisa jadi karerna ditanam secara
tumpang sari dengan ubi jalar. "Itu sebab rasa ubinya yang manis menjadi
agak dominan," katanya. Masyarakat Kiwirok menanam kopi secara organik.
Proses panen dan pengolahan kopi tidak menggunakan mesin. "Semua prosesnya
manual dengan tangan."
Kopi-kopi Papua yang
disukai di dalam negeri hingga mancanegara[3].
Kopi Amungme. Kopi Amungme
diproduksi di Kabupaten Timika, Papua. Sesuai namanya, kopi ini dibudidayakan
oleh suku Amungme di dekat tambang Tembagapura. Awalnya bibit kopi arabika
typica dibawa dari Dogiyai dan selanjutnya dibudidayakan oleh petani suku
Amungme.
Kopi Amungme ditanam
di ketinggian 2.500 mdpl di sejumlah kampung yaitu Kampung Oroanop, Tsinga,
Hoya, dan Banti. Saat ini sudah lebih 19 ribu hektare lahan di dekat tambang
Tembagapura ditanami kopi Amungme dengan sistem tumpang sari. Jumlah pohon kopi
yang telah ditanam mencapai 13.603 pohon dengan produksi rata-rata 606 kg atau
0,6 ton biji kopi (parchment) per tahun.
Pohon kopi Amungme
dipupuk secara alami dengan tanaman bernitrogen serta material kompos dan
multus hutan. Petani suku Amungme melakukan semua proses pengolahan kopi secara
manual mulai dari panen hingga pengeringan. Setelah itu, proses pengorengan dan
penggilingan akan dilakukan secara modern di Timika.
Jenis tanah berlogam
mulia emas, iklim dan ketinggian wilayah Tembagapura menjadikan kopi Amungme
beraroma khas. Kopi Amungme strukturnya full-body, sedikit asam rasanya,
beraroma manis yang sangat khas dan kuat serta memiliki after taste (rasa yang
tertinggal) berupa rasa moka.
Kopi Pegunungan Bintang
Pegunungan
Bintang, Papua, memiliki kopi arabika spesial. Di Pegunungan Bintang, kopi
ditanam pada ketinggian 1800 hingga 2000 mdpl. Pada ketinggian ini, udara
sangat dingin dengan suhu 18 - 23 celcius. Suhu udara yang dingin, berkabut dan
intensitas cahaya matahari yang kurang membuat buah kopi matang lebih lama di
pohon. Inilah yang menjadikan kopi arabika Pegunungan Bintang berbeda dan
berkualitas sempurna. Proses pematangan buah yang lama menjadikan zat gizi
menumpuk dan rasa kopi cenderung lebih asam.
Kopi arabika mulai
ditanam tahun 1970-an. Kopi arabika Pegunungan Bintang ditanam di Lopkop,
Sabin, Distrik Okbab. Andaka, Distrik Okbibab serta Nangultil, Distrik Kiwirok.
Selain ditanam secara organik, biji kopi dipanen secara manual, hasil panen
juga diproses secara manual dengan tangan manusia bukan mesin. Panasnya mesin
pengolah kopi diduga dapat menurunkan kualitas kopi. Kopi Pegunungan Bintang
memiliki rasa khas yaitu citrus, berry, jeruk, fruity, sweet chocolate, sugar
cane dan peach.
Selain dipasarkan di
Sentani dan Kota Jayapura, kopi Pegunungan Bintang juga diminati oleh konsumen
Australia, Selandia Baru, Belanda dan Amerika.
Kopi Moanemani. Kabupaten Dogiyai,
Papua dikenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia. Kopi dari
Dogiyai lebih dikenal dengan nama kopi Moanemani. Moanemani merupakan jenis
kopi arabika yang ditanam secara organik oleh petani tradisional suku Mee, di
Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua. Kopi ini sangat terkenal bagi penikmat
kopi di Eropa dan Amerika. Kopi Moanemani ditanam oleh petani Suku Mee di kebun
dekat hutan, lereng bukit maupun pekarangan rumah mereka.
Kopi ini pada awalnya diperkenalkan oleh misionaris pada tahun 1960-an. Dogiyai terletak di ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut, maka kopi jenis arabika yang dipilih. Dalam sejarahnya, kopi arabika yang ditanam di Dogiyai, bibitnya didatangkan dari Papua Nugini. Sedangkan kopi Papua Nugini sendiri, bibitnya didatangkan langsung dari Kingston, Jamaika. Sehingga kualitasnya tidak jauh beda dengan kopi Jamaica Blue Mountains, jenis kopi arabika premium terbaik di dunia.
[1] https://infopublik.id/kategori/pon-papua/571582/festival-kopi-papua-dan-umkm-kota-jayapura-raup-omzet-hingga-rp630-juta
[2] https://travel.tempo.co/read/1516318/kopi-kiwirok-paling-dicari-selama-pon-xx-papua-2021-masuk-cup-of-excellent/full&view=ok
[3] https://travel.tempo.co/read/1364961/3-kopi-papua-paling-diburu-di-mancanegara/full&view=ok
No comments:
Post a Comment