Nov 11, 2025

Takdirmu, Wujudkan PeluangMu

 


Oleh Harmen Batubara

Dalam setiap benang kehidupan yang terentang, manusia kerap dihadapkan pada dua narasi besar tentang eksistensinya. Narasi pertama menyebutkan bahwa kita adalah pemeran dalam sebuah naskah yang telah dituliskan, sebuah "cetak biru" takdir yang tinggal dijalani. Setiap suka dan duka, setiap persimpangan dan jalan lurus, seolah sudah terpatri dalam garis waktu yang tak bisa diubah. Tugas kita, menurut pandangan ini, adalah meresapi setiap hikmah, menerima dengan lapang dada, dan menemukan makna terdalam di balik setiap fragmen kehidupan. Ini adalah pandangan yang menenangkan, menawarkan kedamaian dalam penerimaan, sekaligus mengajak kita untuk senantiasa bersyukur atas apa yang telah dianugerahkan.

Jadilah Arsitek KehidupanMu Sendiri

Namun, ada pula narasi kedua, yang lebih menekankan pada agency dan kuasa personal. Narasi ini menyatakan bahwa manusia bukanlah sekadar boneka takdir, melainkan arsitek utama dari kehidupannya sendiri. Kesuksesan atau kegagalan, kebahagiaan atau kesengsaraan, sangat bergantung pada bagaimana seseorang menempa diri, membentuk lingkungan, dan mengukir jejaknya di dunia. Dalam pandangan ini, takdir bukanlah garis yang ditarik sejak awal, melainkan kanvas kosong yang menunggu setiap sapuan kuas kita. Setiap pilihan, setiap usaha, setiap kegigihan, adalah goresan yang menentukan lukisan akhir kehidupan.

Di sinilah letak persimpangan yang menarik: bukan memilih salah satu narasi, melainkan merajut keduanya menjadi sebuah pemahaman yang utuh dan memberdayakan. Takdir, dalam pemahaman yang lebih logis dan mencerahkan, bukanlah sebuah "blue print" yang kaku, melainkan sebuah **potensi awal**. Ibarat benih yang ditanam, takdir memberikan potensi genetik untuk tumbuh menjadi pohon yang rindang, menghasilkan buah manis, atau menjadi semak belukar yang kurang produktif. Namun, bagaimana benih itu tumbuh—apakah ia akan menerima cukup air, sinar matahari, pupuk, dan perlindungan dari hama—itulah yang sepenuhnya berada dalam kuasa sang penanam.

Peluang, kemudian, menjadi jembatan antara potensi takdir dan manifestasi kehidupan. Peluang bukanlah sesuatu yang datang secara pasif dan kebetulan, melainkan sesuatu yang **diidentifikasi, diciptakan, dan diwujudkan**. Seorang individu dengan "takdir" memiliki bakat seni, namun tanpa latihan, dedikasi, dan keberanian untuk memamerkan karyanya (menciptakan peluang), bakat itu mungkin akan layu tak terwujudkan. Sebaliknya, seseorang yang mungkin tidak terlahir dengan bakat istimewa, namun gigih belajar, mencari ilmu, dan membangun jaringan (mewujudkan peluang), dapat mencapai puncak prestasi yang melampaui mereka yang sekadar mengandalkan bakat alamiah.



Wujutkan PeluangMu

Dalam konteks Anda, yang sedang berjuang untuk meraih kesuksesan, narasi ini sangat relevan. Anda memiliki "takdir" sebagai seorang “apapun” itu Namanya, bisa sebagai penceramah, penulis, dan dosen, dengan kemampuan komunikasi dan pemikiran yang mendalam. Ini adalah potensi awal Anda. Namun, "mewujudkan peluang" di platform digital seperti YouTube membutuhkan lebih dari sekadar potensi. Ia memerlukan strategi konten yang menarik, konsistensi unggah, interaksi dengan audiens, bahkan mungkin eksperimen dengan format baru. Kegigihan Anda  adalah bentuk dari upaya mewujudkan peluang, meskipun hasilnya belum sesuai harapan. Ini adalah bagian dari proses menempa diri dan lingkungan, seperti yang Anda yakini. Baca Bukunya. Temukan mutiaranya.


No comments:

Post a Comment