Kaltara,Provinsi
Beranda Depan perbatasan Bangsa
Oleh harmen batubara
Catatan : tulisan ini
sudah pernah dimuat di blog www.wilayahperbatasan.com
pada tanggal 8 februari, 2014; kemudian
kita muat kembali setelah di up date
Provinsi Kaltara
sebagai provinsi Beranda Depan Bangsa disetujui tahun 2013 lahir sebagai
provinsi ke 34 Indonesia dengan ibu kota Tanjung Selor. Dengan Luas wilayah ;
71.176,72 KM2 dan warga sebanyak 622.350
orang yang terdiri dari Kabupaten
Bulungan, Nunukan, Malinau, Tana Tidung, dan Kota Tarakan.
Hal yang
menggembirakan adalah adanya pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Utara yang
terus meningkat dan bahkan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Dilansir
Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, pada tahun 2009 hingga 2011 laju
pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami peningkatan di Kabupaten Nunukan,
Malinau, Bulungan, Tana Tidung, dan Kota Tarakan.
Rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi paling tinggi terjadi di Kabupaten Malinau sebesar 11,40%.
Diikuti 6,78% di Kabupaten Nunukan, 6,73% di Kota Tarakan, 5,80% di Kabupaten
Bulungan serta 5,34% di Kota Tarakan. Melihat pertumbuhan ekonomi tersebut,
diharapkan dengan terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara, lima daerah ini
mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi diatas 6% (sama dengan diatas tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional). Apalagi rentang kendali aktivitas ekonomi lima
daerah ini sudah ditangani oleh Pemerintah Provinsi. Sehingga, ini menjadi
tombak besar pemicu pertumbuhan ekonomi baru di Kalimantan Utara termasuk
wilayah perbatasan.
Berkaca Pada Tebedu Malaysia
Melihat Kaltara ke
depan, tentu masih sangat banyak yang perlu di perbuat, salah satunya adalah
menjadikan Kaltara sebagai gerbang pembangunan bagi kawasan di sekitarnya.
Sebagai bahan pembanding, ada baiknya kita melihat Tebedu (Sarawak). Bagaimana
Malaysia menjadikan wilayah itu jadi pusat bisnis regional yang sekaligus
menjalin kerjasama harmonis dengan sesama negara tetangga.
Disebelah Entikong
(Kalbar) ada Tebedu (Tepedu), Sarawak
adalah sebuah kota perbatasan di Kabupaten Serian barat daya Sarawak,
Malaysia, di perbatasan Malaysia-Indonesia. Itu terletak sekitar 63,2 kilometer
(39 mil) selatan ibukota negara bagian Kuching. Sekarang Tebedu sudah jadi
bagian kawasan pelabuhan Darat Kota Kuching ( Ibu Kota Sarawak). Terminal Darat
pertama dan di perbatasan RI-Malaysia- Sarawak, Tebedu Inland Port (TIP)
bersebelahan dengan Entikong.
TIP berada di bawah
yurisdiksi Otoritas Pelabuhan Kuching, dioperasikan dan dikelola oleh SM Inland
Pelabuhan Sdn Bhd. Pembangunan TIP adalah dalam rangka pengembangan secara
sinergis Kawasan Industri Tebedu sebagai katalis untuk membantu pembangunan di pedalaman
Kalimantan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang kaya dan sumber daya
manusia yang melimpah di daerah sekitarnya.
Efek sinergis antara
TIP (fasilitas pelabuhan), Tebedu Industri estate (pengembangan industri) dan
Bandar Mutiara Baru Tebedu Township (pembangunan komersial) akan memiliki
multiplier effect dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di daerah dan
sekitarnya. Tujuan pembentukan Tebedu Inland Port adalah untuk memantau,
mengatur dan mengontrol pergerakan barang dalam rangka memfasilitasi dan
meningkatkan perdagangan lintas batas. Inisiatif ini dalam hubungannya dengan
perkembangan Tebedu Industrial Estate dan Bandar Mutiara, New Tebedu Township
akan memiliki efek sinergis dan multiplier dalam pembangunan ekonomi regional
di wilayah perbatasan, yang memungkinkan warga Kalimantan Barat, Indonesia dan
Sarawak untuk berbagi dalam kemakmuran dari pengembangan Selatan Barat Sarawak.
The Estate Tebedu
Industrial melayani industri ringan, berbasis ekspor domestik dan
internasional. Di dalam negeri, produk manufaktur mendukung dan melengkapi
rencana pembangunan utama bagi negara, Koridor Sarawak Energi Terbarukan
(SCORE). Tebedu Inland Port dan Terminal Peti Kemas, Kuching adalah jalan
cerdas mensinergikan Kawasan Industri Tebedu dengan berbagai wilayah
disekitarnya untuk dapat mengimpor bahan dari atau mengekspor produk mereka ke
pasar internasional.
Pelabuhan darat
Tebedu, Sarawak, Malaysia, ditargetkan menjadi penghubung bagi daerah pedalaman
di Kalimantan yang nantinya akan terkoneksi lewat konektivitas ASEAN untuk
dapat mengakses pasar internasional di Singapura, China, Hongkong, Jepang,
Korea dan pelabuhan-pelabuhan utama lain di dunia.
Dengan demikian
daerah-daerah sekitarnya itu akan mampu merambah pasar internasional, sehingga
mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat. TIP yang berlokasi sekitar satu km dari pos
lintas perbatasan Entikong-Tebedu dan sekitar 370 km dari Pontianak serta 100
km dari Senari Container Terminal, memiliki lokasi strategis. Dengan demikian
akan mampu memfasilitasi pergerakan kargo dari Sarawak ke Kalimantan Barat atau
sebaliknya. Sistem transportasi darat
yang memadai memudahkan perjalanan kargo ke pelabuhan internasional Senari
Container Terminal, yang memiliki koneksi ke Port Klang, Singapura, China, Hong
Kong, Jepang, dan Korea. Ia mengatakan, kehadiran pelabuhan ini akan membantu
mengurangi aktivitas yang memakan waktu seperti pemilahan dan pemrosesan
kontainer serta mempercepat aliran kargo antarkapal dan jaringan transportasi
darat.
Kondisi demikian itu
sekaligus memangkas waktu dan biaya bagi pengirim barang maupun penerima. Para
pengguna pelabuhan juga diberi kesempatan luas untuk mengembangkan sayap
bisnisnya, karena TIP menawarkan fasilitas dan jasa yang dibutuhkan seperti
lahan terbuka, lahan untuk kontainer, gudang, gudang untuk transfer, armada
forklift (mesin pengangkat barang) serta tenaga kerja memadai.
Dengan pertimbangan
melimpahnya sumber daya alam mineral di Kalimantan ini, TIP juga menyediakan
fasilitas untuk melayani penyimpanan kargo curah. Kargo dari Kalimantan yang
sedang transit di TIP tidak perlu membayar biaya pabean. Pemerintah Sarawak
berniat untuk fokus pada pembangunan wilayah perbatasan dan menjalin kerja sama
erat dengan Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya manusia serta sumber daya
alam lain di Sarawak maupun Kalimantan Barat.
Semua itu dengan
sasaran mampu menghasilkan barang dan jasa berkualitas dunia yang ditujukan
bagi pasar internasional. “Kerja sama ini pada gilirannya akan meratakan
kesejahteraan antara kedua kawasan bertetangga melalui pembangunan wilayah”.
Fasilitas tersebut sudah beroperasi sejak Mei 2011, TIP pertama kali
diperkenalkan kepada publik di Pontianak, dalam Sarawak Business Expo yang
diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri Sarawak. Sarawak Business Expo
digelar bersamaan dengan Misi Bisnis Sarawak ke Pontianak dari 6-9 Oktober
2011, dipimpin Datuk Amar Abang Haji Abdul Rahman Zohari, yang juga menjabat
sebagai Menteri Perumahan dan Pariwisata Sarawak Malaysia.
Nilai Strategisnya Provinsi Kaltara
Dilihat dari berbagai
sisi, provinsi Kaltara mempunyai simbol-simbol yang menggambarkan strategisnya
provinsi ini. Pertama di provinsi ini terdapat Garis Batas Negara (RI-Malaysia)
termasuk OBP (Outstanding Boundary Problem yakni di sungai Sinapad, sungai
simantipal dan pulau sebatik);kita paham bahwa garis perbatasan adalah Batas
Kedaulatan Negara-analogi mengisyaratkan perlunya persiapan yang baik terkait
pertahanan keamanan; di daerah pantainya khususnya di Pantai Timur di pulau
Sebatik, merupakan titik awal penarikan garis pangkal batas laut; masih
ditambah lagi dengan permasalahan Perairan laut di sekitar Ambalat; juga
terdapat Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI tempat lalu lalangnya Kapal
bertonase besar-kapal perang dan dagang-yang mengharuskan kita memperhatikan
kepentingan nasional di wilayah tersebut.
Eranya Wilayah
Perbatasan
Kaltara sendiri
termasuk salah satu yang jadi bagian dari Tol Lut yakni Rute T8, yaitu rute
dari Tanjung Perak-Belang Belang-207-Sangatta-P Sebatik-dan kembali ke Tanjung
Perak; sementara di Kaltara Tol Lut juga melewati pelabuhan Nunukan dan
Sebatik. Perlu di catat, disamping pembangunan infrastruktur perbatasan,
pemerintah Jokowi-JK juga memperhatikan kehidupan masyarakat Desa, yakni dengan
pola pembangunan Desa lewat pemberdayaan Desa, yakni dengan mengalokasikan
anggaran pembangunan bagi pedesaan, suatu langkah nyata yang belum pernah ada
sebelumnya.
Desa kini menjadi
lebih kuat setelah pemerintah juga memberikan Dana Desa lewat dengan memberikan
instrumen “dana transfer” ke desa, yang disebut dana desa (DD). Desa yang telah
memiliki otoritas menjadi lebih bertenaga karena bisa mengelola anggaran
sendiri (anggaran pendapatan dan belanja desa/APBDesa) dengan salah satu
sumbernya dari DD (di samping enam sumber lain). Dana Desa pemerintah yang
diberikan ke Desa jumlahnya juga luar biasa. Pada 2015 total DD Rp 20,7 triliun
(dibagi ke 74.093 desa); 2016 sebanyak Rp 46,9 triliun (dibagi ke 74.754 desa);
dan pada 2017 ini akan disalurkan Rp 60 triliun (dibagi ke 74.910 desa).
Penyerapan DD tergolong fantastis. Tahun pertama terserap 82,72 persen dan tahun
kedua 97,65 persen, di tengah situasi regulasi yang belum terlalu mapan,
sosialisasi yang dikendalai waktu, dan persebaran desa yang sedemikian luas.
Bisa dibayangkan apa
yang terjadi ? Hasilnya luar biasa. Berbagai perubahan kini muncul minimal dalam dua tahun
pelaksanaan program DD ini, sekurangnya LIMA HAL POKOK[1] telah dirasakan di
lapangan, yakni :
Pertama, desa berdenyut kembali dalam kegairahan pembangunan aneka ikhtiar
pembangunan dan pemberdayaan, seperti inisiasi pasar desa atau pembentukan
badan usaha milik desa (BUMDesa).
Kedua, transparansi anggaran menjadi keniscayaan baru sebagai bagian dari
akuntabilitas penyelenggara pemerintahan desa.
Ketiga, keswadayaan dan gotong royong terlihat kokoh karena seluruh program
harus dijalankan secara swakelola, tak boleh diberikan kepada pihak ketiga.
Keempat, ongkos pembangunan menjadi amat murah karena dikerjakan oleh warga desa
dengan semangat keguyuban tanpa harus mengorbankan kualitas. Pada 2016 saja
telah terbangun hampir 67.000 kilometer (km) jalan, jembatan 511,9 km, MCK
37.368 unit, air bersih 16.295 unit, dan PAUD 11.926 unit. DD juga dimanfaatkan
untuk posyandu 7.524 unit, polindes 3.133 unit, dan sumur 14.034 unit. DD juga
digunakan untuk membangun tambatan perahu 1.373 unit, pasar desa 1.819 unit,
embung 686 unit, drainase 65.998 unit, irigasi 12.596 unit, penahan tanah
38.184 unit, dan ribuan BUMDesa (PPMD, 2017). Dengan menggunakan ukuran apa
pun, efisiensi DD sangat mengagumkan.
Kelima, munculnya aneka upaya untuk memperkuat kapasitas warga dan
pemberdayaan lestari dengan basis budaya dan pengetahuan lokal. Banyak desa
yang menginisiasi munculnya sekolah desa, sekolah perempuan, Dll
Kini Presiden Joko
Widodo disamping memperkuat kemampuan Desa, presiden Jokowi merencanakan akan
melakukan peremajaan terhadap kebun rakyat. Kebun yang selama ini tidak pernah
teremajakan. Sebagai langkah awal presiden Jokowi akan meremajakan kelapa sawit
kebun Rakyat. Setelah kelapa sawit, peremajaan perkebunan rakyat juga akan
dilakukan untuk kebun KARET, KOPI, KAKAO DAN PALA. Suatu program yang belum
pernah terbayangkan sebelumnya. Presiden sudah melakukan penanaman perdana
peremajaan kebun kelapa sawit rakyat seluas 4.400 hektare di kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatra Selatan.
Kita hanya berharap
agar BNPP, Pemda perbatasan benar-benar mau melihat peluang ini dan ikut
berbenah serta berperan serta dalam mewujutkan Perbatasan sebagai Halaman Depan
Bangsa. Jadi tidaklah berlebihan kalau
kita sebut provinsi Kaltara adalah provinsi strategis yang memerlukan
perencanaan pembangunan secara khusus. Perencanaan yang bisa
mengintegrasikannya dengan pembangunan kawasan didalam negeri dan dengan negara
tetangga dengan memanfaatkan potensi yang sudah ada serta pro aktif dalam
pengembangan wilayahnya. Pembangunannya harus juga mencerminkan kerjasama
dengan jaringan infrastruktur yang terkoneksi dengan connectivity Asean
(Malaysia-Brunai-Filipina).
Sementara itu dalam
hal pembangunan secara umum hemat kita Kaltara juga masih harus melakukan
pembangunan sama dengan pembangunan provinsi lainnya di Indonesia yang meliputi
dan jeli memanfaatkan peluang yang ada, seperti :
- Percepatan pembagunan wilayah perbatasan yang berpotensi menjadi kawasan pusat pertumbuhan ekonomi dan memicu kawasan disekitarya.
- Pengembangan wilayah perbatasan menjadi halaman depan bangsa, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dengan Negara tetangga,
- Peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, inftrastruktur dan peningkatan ekonomi kerakyatan, seperti pertanian, perkebunan dll,
- Penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat dan eks TKI yang di deportasi. Pemberdayaan masyarakat perbatasan, melalui bantuan kepemilikan lahan perkebunan atau pertanian, bantuan permodalan usaha dan pelatihan keterampilan usaha.
- Pembangunan perkebunan kepala sawit rakyat, Pengembangan dan perluasan percetakan sawah.Pembangunan infrastruktur wilayah, terutama pembangunan sarana transportasi jalan.
- Pmbangunan Pos Lintas Batas Darat dan Laut (PLBD dan PLBL), dan pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Nunukan dengan wilayah di daratan Pulau Kalimantan.
No comments:
Post a Comment