Hasjim Djalal, Patriot
Negara Kepulauan
Oleh Harmen Batubara
Bersamaan dengan ulang
tahun ke-80 Prof Dr Hasjim Djalal, diluncurkan biografi tentang pakar hukum
kelautan tersebut. Acara peluncuran buku ‘Patriot Negara Kepulauan’ karangan
Efri Yoni Baikoeni itu digelar di Djakarta Theatre, Tanahabang, Jakarta Pusat,
Selasa (25/2/2014). Di luar hajatan tersebut, menarik untuk di simak adalah apa
yang Andi (I Made Andi Arsana,ikut memberi sambutan, dan sekaligus pengagum
watak sang Prof) ungkapkan. Buku ini ditulis oleh salah seorang fans prof
Hasyjim Djalal yakni Efri Yoni Baikoeni, staf KBRI di Brunei Darussalam
“benar-benar karena ungkapan kecintaan seorang fans”.
“Saat itu, Brunei
mengundang Hasjim Djalal untuk ikut memberikan solusi terkait konflik batas
laut. Dalam kesempatan tersebut, Hasjim memberikan masukan dan peranan yang
sangat penting untuk menciptakan resolusi terkait konflik tersebut,” ujar Efri
saat memberikan kata sambutan. Ketika itu, Efri begitu terpukau dengan seorang
Hasjim. Dari sanalah niat untuk memperdalam pengetahuannya terkait tokoh
idolanya, “Saya mencari buku dan artikel
dari pak Hasjim. Setelah melihat semunya, saya ingin menjadikannya sebuah
buku,” ujar Efri.
Bagi kita warga
“perbatasan” nama Hasjim Djalal sudah melegenda dan sekaligus sebagai sahabat
berdebat yang menghargai. Sepertinya kalau ada perkara terkait permasalahan
batas, maka belum akan mantaf kalau pa Hasjim Djalal belum memberikan
pendapatnya. Seperti yang diungkapkan Kapala Staf Angkatan Laut TNI Marsetio,
bagi mereka Hasjim Djalal ibarat sebuah mercusuar yang sangat dibutuhkan kapal
yang tengah berlayar di tengah lautan. Ia menjadi pemandu kapal di malam hari
agar tidak tertabrak karang.
Menurut Marsetio,
hampir dalam semua potensi konflik terkait masalah perbatasan, TNI AL selalu
berkomunikasi dan meminta nasehat dengan Hasjim Djalal. “Dedikasi, loyalitas,
dan pengabdian beliau sangat besar bagi bangsa ini. Karena itu beliau mendapat
bintang jasa sebagai penghargaan tertinggi TNI AL yang diberikan secara
selektif,” tutur Marsetio dalam acara peringatan 80 tahun Hasjim Djalal.
Kekuatan Waktak
Seorang Intelektual
Bagi Dino Patti
Djalal, mantan duta besar Indonesia untuk AS yang kini ikut Nyapres, dan juga
putera Hasjim Djalal mengatakan sosok Hasjim adalah seorang yang sangat
sederhana. “Pak Hasjim adalah orang kampung yang hingga sekarang masih tidur di
lantai. Jam tangan yang dikenakannya masih jam tangan yang dikenakannya 20
tahun yang lalu,” katanya.
Menurut Dino, kekuatan
diplomasi pak Hasjim adalah kekuatan intelektual yaitu bisa menjadi leader
karena kekuatan intelektual dan moral. Hasjim dikatakan Dino dapat
mensimplikasi masalah masalah yang rumit menjadi mudah dicerna. “Pelajaran
penting yang saya dapat dari Pak Hasjim adalah kemampuan beradu
argumentasi. Bukan hanya adu lantang
berteriak. Kemampuan meyakinkan lawan dengan argumentasi yang kuat menjadi yang
utama,” tutur Dino saat itu.
Sedangkan Menteri
Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutarjo mengatakan Hasjim Djalal adalah
pahlawan dan pelaku sejarah yang telah memberikan pengabdiannya bagi kejayaan
Indonesia. Menurut Cicip, kedepan harus ada perubahan paradigma pembangunan
dari yang selama ini landbased oriented menjadi marinebased oriented. “Karena
70 persen wilayah Indonesia adalah lautan. Laut sebagai satu andalan
perekonomian kita ke depan,” kata Cicip.
Hal seperti itu juga
sangat relevan bila dilihat dari kacamata pertahanan, khususnya dengan
dislokasi dan gelar kekuatan TNI. Yakni bagaimana membangun kekuatan darat TNI
di negara kepulauan. Bayangkan saat ini kita punya dua Armada (armabar dan
armatim) tetapi tidak punya kapal Induk. Sebuah kenyataan yang aneh untuk
sebuah negara kepulauan. Meski alutsista TNI masih berbau “bekas” pakai, tetapi
tidak ada salahnya mimpi membangun Kapal Induk sendiri. Kenapa tidak ?
Acara peringatan 80
tahun Hasjim Djalal dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari
Elka Pangestu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Tjitjip Sutardjo, Kepala
Staf TNI Laksamana Marsetio dan Mantan Wapres Tri Sutrisno.
Catatan : Tulisan ini
sudah dimuat di www.wilayahperbatasan.com
pada tanggal March 8, 2014
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete